Wednesday, October 5, 2011

Jalan ke Pekanbaru


By: Alwi

Betapa banyak hal yang kita rencanakan dengan matang tak berjalan sama sekali. Dan berapa banyak hal yang tidak kita rencanakan justru berjalan dengan begitu bagusnya.


Sudah dua tahun ini, setiap bulan Ramadhan, saya diundang ke Pekanbaru, Riau, oleh Ustadz Mustafa Umar dan Rumah Sakit Zainab. Selama berada di Pekanbaru, saya diminta mengisi beberapa program, termasuk bedah buku (booktalk) Ketika Allah Menguji Kita (Bila Allah Menduga Kita) dan Whatever Your Problem, Smile (Senyumlah, Apa pun masalahmu Ia pasti akan berlalu).

Selama berada di sana, orang-orang sering bertanya, “Bagaimana Ustadz mengenal Ustadz Mustafa Umar? Apakah Ustadz sama-sama belajar di Malaysia dan berjumpa di sana?”

Saya selalu tersenyum mendengar pertanyaan itu. Manusia tidak pernah menyangka betapa hebatnya takdir mempertemukan manusia, gumam saya dalam hati.

Dr. Mustafa Umar merupakan seorang dai yang dikenal luas di Pekanbaru dan sekitarnya. Di Malaysia beliau juga memiliki banyak jamaah pengajian. Walaupun sama-sama belajar di Malaysia, kami tidak pernah bertemu. Ustadz Mustafa Umar lebih senior dari saya dalam usianya dan dalam studinya di Malaysia. Yang mempertemukan kami hanyalah sebuah ‘kebetulan’.

Pada suatu malam, beberapa minggu sebelum bulan Ramadhan tahun 2010, seorang mahasiswa Indonesia di Universiti Islam Antarabangsa (UIA) Malaysia menelpon saya. “Ustadz, besok kami mengadakan program yang akan diisi oleh Ustadz Mustafa Umar. Apakah Ustadz dapat mengirimkan beberapa buku Ustadz untuk dijual pada program tersebut?”

“Programnya besok? Mengapa baru sekarang saya diberi tahu?”

”Minta maaf, Ustadz. Sebelumnya tidak ada rencana untuk berjualan buku. Keputusan ini baru saja dibuat. Kalau Ustadz sempat membawakan buku ke UIA kami akan menjualkan buku-buku itu. Tapi kalau tak sempat tak apalah. Kami minta maaf karena tak merencanakan ini lebih awal.”

“Saya belum dapat memastikannya. Kalau sempat, saya akan membawanya besok.”

Kami pun mengakhiri pembicaraan.

Ketika itu saya belum mengenal Ustadz Mustafa Umar, beliau pun demikian juga. Kami sama sekali belum pernah bertemu dan mengenal satu sama lain. Saya sendiri tidak dapat hadir ke acara tersebut karena ada hal lain yang harus dilakukan. Karena saya tak dapat pergi ke UIA dan teman-teman di sana juga tak dapat datang ke tempat saya yang cukup jauh dari kampus untuk mengambil buku, maka buku-buku itu kemungkinan besar tidak akan dijual pada acara tersebut.

Tapi dengan izin Allah, pada pagi harinya istri saya menawarkan diri untuk mengantarkan buku-buku itu ke UIA. Maka jadilah buku itu dibawa dan dijual oleh panitia (organizer) pada program ceramah Ustadz Mustafa Umar.

Pada petang harinya, saya mendapat kabar dari panitia (organizer), enam buah buku saya terjual pada program tersebut. Buku-buku yang terjual adalah sebuah novel dan lima buah buku Ketika Allah Menguji Kita (Bila Allah Menduga Kita). Lima buku yang terakhir ini seluruhnya dibeli oleh Ustadz Mustafa Umar. Seolah-olah, buku-buku itu berada di tempat itu hanya untuk berjumpa dengan Ustadz Mustafa Umar, dan bukan untuk hal yang lainnya.

Teman-teman di UIA mengatakan bahwa Ustadz Mustafa Umar tertarik saat melihat buku itu dan meminta nomor telepon saya. Beberapa waktu kemudian beliau memang menghubungi saya. Beliau menjelaskan bahwa pada bulan Ramadhan beliau akan mengadakan program bedah buku (booktalk) di Pekanbaru. Setiap harinya ada satu buah buku yang dibedah. Total ada sekitar dua puluh buku yang akan dibedah. Beliau menanyakan kesediaan saya sekiranya diundang ke Pekanbaru dan membedah buku tersebut secara langsung. Saya menyetujui undangan beliau itu. Maka berangkatlah saya pada Ramadhan tahun itu (2010) ke Pekanbaru ... dan juga pada Ramadhan tahun berikutnya (2011). Tersambunglah tali persaudaraan dan silaturahim dengan teman-teman di Pekanbaru.

Setiap mengingat hal itu, saya selalu terkesan dengan cara takdir mempertemukan manusia. Ketika orang-orang tidak memikirkan dan merencanakan sesuatu, tiba-tiba semuanya bergerak sendiri untuk mewujudkannya, walaupun hanya tersisa satu malam untuk itu. Dan semua berlaku sesuai dengan kehendak-Nya. Wallahu a’lam bis showab.

Jakarta,
8 Dzulqaidah 1432/ 6 Oktober 2011

2 comments:

Anonymous said...

Salam kenal dr pekanbaru Pak...

rumah dijual di surabaya said...

nice post