Saturday, December 20, 2014

Pintu-pintu yang Lain

Anak kami yang berumur 4 tahun mempunyai beberapa masalah kesehatan yang agak serius, jadi kami sering berkunjung ke rumah sakit anak-anak yang berdekatan. Dua minggu lalu, anak kami berada di sana selama beberapa hari untuk menjalani pembedahan.

Ini merupakan keadaan penuh tekanan bagi kami, tetapi kunjungan ke rumah sakit hampir selalu membuat saya merasa bersyukur. Mengapa? Oleh kerana "pintu-pintu yang lain."


Saat saya berjalan di koridor rumah sakit itu, saya lewat di depan pintu yang membawa kepada banyak bagian yang berlainan. Saya melalui bagian di mana pakar bedah membentuk kembali wajah anak-anak. Saya melalui bagian di mana para pakar merawat anak-anak yang telah tragis terbakar. Saya melalui bagian di mana anak-anak dengan penyakit kanker menghabiskan masa kecil mereka melawan penyakit yang menakutkan kebanyakan orang dewasa. Setiap hari, orang-orang berjalan melalui pintu-pintu itu. Saya terus berjalan.

Kadang-kadang, saya berjalan melalui ruang perawatan, memandang dalam kamar seorang anak yang sedang menghadapi kematian. Saya menatap anak itu, tidak sadarkan diri di tengah-tengah banyaknya selang dan mesin. Saya melihat keluarganya, yang sedang menatap kosong ke udara, bersedih atas apa yang akan terjadi. Saya terus berjalan.

Di tingkat empat, saya melewati "kubur bawah tanah" di mana ibu bapak dengan anak-anak di ICU mendapati hari dan malam mereka terentang menjadi minggu dan bulan, tetap mengharapkan berita baik atas keadaan yang tiada harapan. Saya terus berjalan.

Pada suatu malam, saya berjalan di ruang tunggu. Hanya satu keluarga yang masih ada di sana, dan dokter baru saja selesai melakukan pembedahan. Ia mulai memberitahu mereka tentang keadaan pasien .... letupan senapan patah, .... kerusakan muka besar-besaran .... selusin lebih operasi yang akan datang .... kecacatan seumur hidup ... pertanyaan "mengapa?" seumur hidup. Saya duduk, separuh mendengar, mempertimbangkan pintu-pintu itu, yang keluarga ini akan hadapi pada tahun-tahun mendatang.

Saya bangkit berdiri. Saya berjalan kembali ke ruang perawatan anak-anak, ke satu pintu yang saya cari. Di belakang pintu ini, anak kami perlahan-lahan pulih dari pembedahan. Dan dengan cara yang aneh, saya bersyukur atas "keadaan" yang menimpa hidup kami.

Kerana ada seratus pintu lain di tempat ini yang lebih buruk lagi. Dan kita bisa dengan mudahnya berada di dalam salah satu kamar itu.

Saat anda berdoa meminta kekuatan agar bisa keluar dari pintu-pintu (musibah) yang anda hadapi, pastikan juga untuk bersyukur kepada Allah Ta'ala atas pintu-pintu yang Dia telah lepaskan anda daripadanya.

Diterjemahkan secara bebas dari http://www.islamcan.com/islamic-stories/the-other-doors.shtml#.VJGw_THF9q1

No comments: