بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, sehebat apa pun manusia itu. Manusia itu selalu berbuat salah dan lupa. Tentu saja manusia harus berusaha untuk menghindari kesalahan. Walaupun begitu, tetap saja ia akan berbuat salah juga, terlebih lagi dalam hal yang ia belum memiliki pengalaman. Orang yang sudah berpengalaman saja masih bisa berbuat salah, apalagi yang masih baru dan belum ada pengalaman.
Sikap manusia terhadap kesalahan bermacam-macam. Tidak sedikit manusia yang tidak bisa menerima adanya kesalahan, baik yang ia lakukan sendiri ataupun yang dilakukan orang lain. Ada sebagian orang yang menyesal berlebihan dan berputus asa ketika dirinya melakukan suatu kesalahan yang serius. Ia akan terus menerus menyalahkan dirinya serta memutuskan untuk mundur dan tidak mau mencoba lagi.
Begitu juga terhadap kesalahan orang lain, tidak sedikit yang menyikapinya dengan marah dan sikap tidak dapat menerima. Kita menjumpai hal semacam ini di banyak tempat: di rumah, di sekolah, di kantor (office), atau di tempat-tempat lainnya. Di sekolah kita menjumpai guru-guru yang tak dapat menerima kesalahan yang dilakukan oleh muridnya. Mereka akan terus marah-marah atau memberikan hukuman pada para pelajar yang berbuat salah. Tentu saja tidak ada yang menginginkan atau membenarkan adanya kesalahan. Tetapi apakah kemarahan dan hukuman yang berlebihan lantas membuat para pelajar itu berubah?
Di kantor kita juga menjumpai atasan yang sering marah-marah. Ia tak mau mendengar adanya suatu kesalahan walaupun kecil. Padahal ini mustahil. Para pekerja memang harus berusaha bekerja dengan sempurna. Tetapi bekerja tanpa kesalahan sama sekali sepanjang tahun jelas tidak mungkin. Ditegur karena kesalahan memang sudah sepatutnya. Tapi yang terpenting adalah, apakah ada proses pembelajaran dari kesalahan itu.
Ada kalimat menarik dalam buku The Monk Who Sold His Ferrari. Biksu dalam cerita itu mendapat nasihat dari gurunya: “There are no mistakes in life, only lessons. There is no such thing as a negative experience, only opportunities to grow.” Tidak ada kesalahan dalam hidup, yang ada hanya pelajaran. Tidak ada yang namanya pengalaman negatif, yang ada hanya peluang untuk berkembang.
Kalimat ini berlebihan. Kesalahan dalam hidup tentu saja ada. Salah adalah salah dan benar adalah benar. Tetapi kesalahan akan menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat ketika disadari, diperbaiki, dan diambil sebagai pelajaran. Demikian juga dengan pengalaman negatif. Ketika pengalaman yang buruk ini dijadikan sebagai guru, maka ia akan membantu seseorang untuk berkembang. Tapi kesalahan yang tidak disadari dan tidak diperbaiki, maka ia akan membawa pada kejatuhan seseorang.
Kesalahan terbesar itu adalah ketika seseorang melakukan kesalahan dan ia tidak belajar apa-apa darinya.
Kesalahan dalam hidup memiliki fungsi yang penting, yaitu fungsi pembelajaran. Ia bukannya sesuatu yang sia-sia. Demikian juga dengan pengalaman yang buruk. Ia berfungsi untuk membantu seorang tumbuh dan menjadi kuat. Seorang tidak mungkin belajar dalam hidup ini melainkan ia akan mengalami kesalahan. Kesalahan itulah yang akan membuat seseorang semakin matang dan mampu melakukan sesuatu semakin baik dan semakin sempurna. Beda orang yang sukses dengan orang yang gagal adalah orang sukses menjadikan kesalahan dan pengalaman buruk sebagai gurunya, sementara orang yang gagal tidak.
Pentingnya hal ini mengingatkan kita pada dialog antara seseorang dengan seorang pengusaha yang sangat berhasil.
“Apa yang membuat anda sangat berhasil?” orang itu bertanya pada si pengusaha.
“Dua kata,” jawab si pengusaha.
“Apa itu?”
“Keputusan yang tepat.”
“Apa yang membuat anda mampu membuat keputusan yang tepat?” tanya orang itu lagi.
“Satu kata,” jawab si pengusaha.
“Apa itu?”
“Pengalaman.”
“Bagaimana caranya untuk memiliki pengalaman semacam itu?” tanyanya lagi.
“Dua kata,” jawab si pengusaha.
“Apakah itu?”
“Keputusan yang salah.”
Jadi itulah awalnya: kesalahan. Semua bermula dari ketidaktahuan, kesalahan, dan minimnya pengalaman. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan belajarnya seseorang dari kesalahan-kesalahan yang telah dibuatnya, maka ia pun muncul sebagai pribadi yang hebat dan tangguh.
Jadi silahkan menyesali kesalahan yang telah dibuat, silahkan juga menasihati orang lain yang telah melakukan kesalahan, tapi jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan terbesar yang disediakan oleh kesalahan, yaitu kesempatan untuk mengambil pelajaran darinya.
Alwi Alatas
Kuala Lumpur
7 Shafar 1434/ 17 Mei 2013
No comments:
Post a Comment